Kendari/Lumbungsuaraindonesia.com Di sudut kampus Universitas Halu Oleo (UHO), bangunan megah Gedung Kuliah Umum (GKU) yang baru selesai dibangun berdiri kokoh, seolah menyimpan cerita panjang tentang perjuangan banyak orang yang pernah mengabdikan diri untuk kemajuan kampus. Gedung itu akan segera diresmikan. Namun hingga saat ini, satu hal penting masih menunggu keputusan: penetapan nama resmi yang akan melekat pada bangunan tersebut.
Bagi sebagian sivitas akademika, penamaan GKU bukanlah sekadar formalitas. Ini adalah momen untuk mengenang dan mengabadikan jejak seseorang yang kiprahnya pernah menjadi pilar dalam perjalanan pembangunan kampus—sosok yang kini namanya banyak disebut dalam percakapan internal, alm. Prof Armid.
Plt Rektor UHO, Dr. Herman, S.H., LL.M, mengatakan bahwa sejumlah nama telah diusulkan, namun semuanya tetap menunggu pembahasan formal dalam rapat senat.
Ada usulan nama, tetapi saya tidak ingin mendahului keputusan senat. Insyaa Allah pada akhir tahun ini atau Desember kita bisa menggelar penyerahan gedung sekaligus rapat senat untuk menetapkan nama resminya, ucapnya, Senin 29/9/2025
Sosok yang Pergi, namun Jejaknya Tetap Menghidupkan Gedung Baru.
Di lingkungan kampus, nama almarhum Prof Armid tidak hanya diingat sebagai akademisi senior. Ia dikenang sebagai sosok yang telaten memperjuangkan pembangunan GKU, mulai dari penyusunan konsep, pengawalan anggaran, hingga memastikan proyek itu masuk prioritas untuk dilaksanakan.
Rekan-rekannya bercerita tentang seorang akademisi yang tak pernah berhenti memikirkan masa depan mahasiswa—bahkan ketika proses panjang pembangunan kerap diwarnai dinamika. “Beliau sering bilang, ‘Mahasiswa butuh ruang yang lebih baik untuk belajar,’” kenang salah satu koleganya, dalam percakapan internal yang berkembang setelah kepergiannya.
Kini, gedung yang dulu hanya ada dalam rancangan dan proposal itu telah berdiri. Ironisnya, sosok yang paling gigih memperjuangkannya justru tak sempat menyaksikan hasil kerja kerasnya selesai.
Memang ada kemungkinan nama gedung diberikan untuk beliau, karena almarhum merupakan salah satu yang menahkodai proses perencanaan sampai pembangunan GKU. Tapi tentu keputusan akhir ada di tangan senat, ucap, Dr. Herman.
Bangunan Baru, Kenangan yang Dipertahankan.
Peresmian GKU yang direncanakan pada akhir tahun ini bukan hanya menandai bertambahnya fasilitas akademik UHO, tetapi juga menjadi momentum refleksi: bahwa setiap pembangunan kampus adalah hasil kerja kolektif, dan beberapa jejak pengabdian layak dikenang lebih lama daripada usia fisik bangunan itu sendiri.
Saat penyerahan gedung nanti, sejumlah dosen dan staf diperkirakan kembali mengenang almarhum—bukan dalam seremoni formal, tetapi melalui bisik kecil dan cerita yang kembali muncul di tengah mereka yang pernah bekerja bersamanya.
Insyaa Allah penyerahan kuncinya akan dilaksanakan di akhir tahun ini. Sehingga tahun depan gedung tersebut sudah bisa digunakan, unhkap, Dr. Herman.
Keputusan senat terkait nama gedung mungkin baru akan muncul dalam beberapa pekan ke depan. Namun bagi banyak orang di UHO, GKU ini telah lebih dulu memiliki cerita: tentang dedikasi seorang akademisi yang menginginkan ruang terbaik bagi generasi muda, dan tentang bagaimana sebuah bangunan dapat menjadi monumen sunyi bagi mereka yang pergi lebih dulu.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Komentar