Festival Liangkobori 2025 Usai, Muna Siapkan Langkah Lanjut Pelestarian Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang

News79 views

Wuna – Lumbungsuaraindonesia.com
Festival Liangkobori 2025 resmi berakhir setelah seminggu penuh menghadirkan kemeriahan seni, tradisi, dan kebanggaan masyarakat Muna. Perayaan yang berlangsung pada 11–18 Juli di Desa Liangkobori, Kecamatan Lohia, ini sukses menarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah, mengangkat kembali pamor warisan prasejarah Gua Liangkobori ke panggung Nasional.

Berlatar Gua Liangkobori, situs arkeologi berusia puluhan ribu tahun, festival ini mengangkat tema “Lestarikan Budaya Leluhur, Daseise Lalo Damowanu Liwu” ( Kita Bersatu Membangun Kampung).
Gua yang terkenal dengan lukisan dinding kuno bergambar flora, fauna, perahu, layang-layang dan telapak tangan ini menjadi bukti peradaban manusia di Nusantara sejak 60.000 tahun sebelum Masehi.

Bupati Muna dalam penutupan acara menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat mulai dari panitia, seniman, pelaku UMKM, hingga masyarakat setempat yang telah menjaga semangat festival sejak awal hingga akhir. Kita tidak boleh berhenti di sini. Festival boleh berakhir, tapi semangat melestarikan budaya harus terus menyala. Ini adalah identitas kita yang tidak ternilai,  tegasnya.

Dampak Nyata Festival.
1. Peningkatan Kunjungan Wisata – Data sementara menunjukkan lonjakan wisatawan ke Desa Liangkobori selama festival, berdampak langsung pada sektor transportasi, kuliner, dan perhotelan.

Baca Juga:  Buka Rakernis Biro SDM, Kapolda Sultra Minta Personel Tingkatkan Kepercayaan Publik

2. Kebangkitan Ekonomi Kreatif – UMKM lokal mencatat peningkatan penjualan, khususnya pada produk tenun, kerajinan tangan, dan kuliner khas Muna.

3. Pelestarian Budaya – Minat generasi muda untuk mempelajari tari, musik tradisional, dan permainan rakyat terlihat meningkat selama festival.

Pemerintah Kabupaten Muna berkomitmen untuk menjaga momentum ini melalui beberapa program strategis,
Integrasi Festival ke Kalender Budaya Tahunan agar menjadi agenda wisata tetap yang dikenal secara nasional.
Edukasi Budaya di Sekolah untuk memastikan generasi muda mengenal sejarah dan tradisi Muna sejak dini.

Pengembangan Infrastruktur Wisata di sekitar Gua Liangkobori, termasuk akses jalan, fasilitas informasi, dan sarana pendukung pengunjung.

Kolaborasi Antardaerah dengan membuka peluang partisipasi komunitas budaya dari kabupaten lain pada edisi berikutnya.

Aneka Kegiatan yang ditampilkan :
* Lomba Kaghati Kolope – Layang-layang tradisional dari daun umbi hutan, warisan budaya tak benda yang mendunia.

* Gasing Kalego Hule, lomba tari daerah, musik gambus, silat Muna, dan busana adat.

* Pameran UMKM & Tenun Khas Muna, menghadirkan kerajinan tangan, kuliner lokal, dan produk kreatif masyarakat.

* Pertunjukan Tari Lakadandio, menyimbolkan semangat persatuan dan kekuatan masyarakat Muna.

Baca Juga:  Pengamanan Kampanye Dialogis di Kecamatan Lambuya, Kabupaten Konawe Berlangsung Lancar dan Kondusif

Festival Liangkobori bukan hanya agenda hiburan, tetapi panggilan untuk menjaga memori kolektif bangsa. Liangkobori adalah saksi bisu peradaban Nusantara yang wajib kita lestarikan dan promosikan ke dunia internasional.

Layang-layang tradisional Kaghati Kolope, salah satu atraksi utama Festival Liangkobori.

Dampak Positif, Selain melestarikan budaya, festival ini menjadi penggerak ekonomi kreatif. Ribuan pengunjung dari dalam dan luar daerah diprediksi akan hadir, mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, transportasi, dan perhotelan di Kabupaten Muna.

Ajakan Kunjungan Festival Liangkobori mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk merasakan denyut budaya Muna yang autentik, mempelajari sejarah prasejarah Nusantara, dan menikmati keramahan warga lokal.

Peran Penting Kepada Pemerintah Daerah
Sangat diharapkan.
Warisan budaya bukan sekadar cerita masa lalu yang terukir di batu atau tergambar di dinding gua. Ia adalah napas, jati diri, dan akar yang menghubungkan kita dengan leluhur. Gua Liangkobori dengan lukisan purbanya adalah pesan bisu dari nenek moyang: bahwa identitas harus dijaga, kebanggaan harus dirawat.

Generasi muda Muna memegang peranan penting untuk memastikan warisan ini tidak hanya menjadi kenangan, tetapi terus hidup dan berkembang. Dalam setiap tarian, setiap nada gambus, setiap layang-layang Kaghati yang terbang di langit, terkandung nilai keberanian, kebersamaan, dan kecintaan pada tanah kelahiran.

Baca Juga:  Gelar Pengantar Purna Tugas, Kapolri Sebut Jenderal (HOR) Agus Andrianto Sosok yang Tegas

Di sisi lain, Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab besar sebagai pelindung, pengelola, dan promotor warisan budaya ini. Melalui kebijakan, program pelestarian, edukasi budaya di sekolah, hingga dukungan terhadap event seperti Festival Liangkobori, pemerintah hadir sebagai garda terdepan menjaga warisan leluhur agar tetap utuh untuk generasi yang akan datang.

Kepada generasi muda, ingatlah:
Ketika kita melupakan budaya, kita kehilangan arah. Tapi ketika kita menjaganya, kita sedang membangun jembatan menuju masa depan yang kokoh.

Olehnya itu, Mari belajar dari warisan ini, bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dijadikan pedoman hidup. Jadikan budaya Muna sebagai identitas yang dibawa ke manapun melangkah, agar dunia tahu, bahwa Muna adalah tanah yang kaya sejarah, berbudaya tinggi, dan berjiwa besar.

Mari kita bersinergi, masyarakat, generasi muda, dan pemerintah untuk memastikan budaya Muna tidak hanya dikenal di tanah kelahiran, tetapi juga berkumandang di panggung dunia sebagai bukti keagungan peradaban Nusantara.

Redakai : 12 Agustus 2025.
***LM@***

. . . . .

Komentar