Sultra – Lumbungsuaraindonesia.com Zebra dan kuda sama-sama berasal dari keluarga Equidae, bahkan secara fisik mereka terlihat mirip. Tapi, sejak ribuan tahun lalu, manusia berhasil menjinakkan kuda hingga menjadi sahabat setia dalam pertanian, transportasi, dan peperangan. Sementara itu, zebra tetap menjadi hewan liar di padang Afrika.
Padahal, percobaan untuk menjinakkan zebra sudah dilakukan selama berabad-abad. Lalu, kenapa zebra tidak pernah benar-benar sukses menjadi tunggangan seperti kuda?
Ini Penjelasannya ;
Sifat Liar dan Agresif.
Zebra memiliki insting bertahan hidup yang sangat kuat. Mereka hidup berdampingan dengan predator berbahaya seperti singa dan hyena, sehingga selalu siaga dan reaktif.
Berbeda dengan kuda yang bisa menjadi tenang setelah dilatih, zebra cenderung tetap meledak dalam situasi stres—bisa menggigit, menendang, bahkan melukai sesama kawanan.
Struktur Tubuh yang Kurang Mendukung.
Punggung zebra relatif lebih pendek dan kurang kokoh dibanding kuda, sehingga tidak nyaman atau aman untuk membawa beban berat atau penunggang dalam jarak jauh.
Perilaku Kawanan yang Berbeda.
Kuda punya struktur sosial yang jelas—ada pemimpin kawanan yang diikuti anggota lain. Hal ini memudahkan manusia untuk “mengambil alih” posisi pemimpin tersebut. Zebra justru tidak memiliki hierarki tetap. Kawanannya lebih longgar dan individualis, sehingga tidak ada konsep mengikuti satu pemimpin.
Tidak Pernah Melalui Proses Domestikasi Genetik.
Kuda yang kita kenal sekarang adalah hasil ribuan tahun seleksi genetik oleh manusia, memilih individu yang jinak dan bisa bekerja sama. Zebra tidak pernah menjalani proses ini secara konsisten, sehingga sifat liarnya tetap murni.
Secara temperamen, zebra terkenal sangat reaktif, insting “kabur dulu, pikir kemudian” menjadi strategi bertahan hidup utama di habitat penuh ancaman predator. Penelitian membandingkan flight initiation distance (FID) antara kuda dan plains zebra menunjukkan bahwa zebra kurang bisa menyesuaikan diri dengan kehadiran manusia dan cenderung menjaga jarak lebih jauh. Hal ini menandakan bahwa zebra tidak mudah terbiasa dengan manusia, sebuah hambatan besar dalam memulai proses domestikasi.
Sejarah Percobaan Menjinakkan Zebra.
Meskipun sulit, ada beberapa catatan unik tentang percobaan oleh manusia yang pernah “berhasil” melatih zebra setidaknya untuk sementara:
1. Lord Walter Rothschild (Inggris, awal 1900-an).
Seorang ilmuwan eksentrik yang pernah melatih zebra untuk menarik kereta di London. Hasilnya? Terlihat jinak di foto, tapi sifat agresifnya tetap ada.
2. Koloni Eropa di Afrika Selatan dan Rhodesia (abad ke-19).
Mereka mencoba memanfaatkan zebra karena hewan ini kebal terhadap penyakit tidur (trypanosomiasis) yang mematikan kuda. Sayangnya, zebra terlalu sulit dikendalikan, dan banyak penunggang berakhir terlempar.
3. Hibrid “Zorse”
Zebra dikawinkan dengan kuda atau keledai. Hasilnya lebih jinak, tetapi tetap mewarisi temperamen buruk zebra.
Kesimpulannya, pelatihan individu saja tidak cukup—domestikasi butuh puluhan generasi seleksi genetik, bukan sekadar mengajari satu ekor hewan.
Kriteria Ilmiah Hewan yang Bisa Didomestikasi
Menurut Jared Diamond dalam Guns, Germs, and Steel, ada enam kriteria utama untuk menjinakkan hewan besar ;
1. Pola makan.
Harus herbivora dan tidak pilih-pilih makanan.
2. Pertumbuhan cepat.
Dewasa dalam waktu singkat.
3. Mudah berkembang biak di penangkaran.
Tidak stres atau agresif terhadap manusia.
4. Temperamen jinak .
Tidak terlalu agresif atau mudah panik.
5. Struktur sosial yang jelas
Ada pemimpin kawanan yang bisa digantikan manusia.
6. Tidak mudah panik – Tenang di lingkungan baru.
Kuda lolos hampir semua kriteria. Zebra gagal di tiga poin besar: temperamen, struktur sosial, dan kecenderungan panik.
Kesimpulan“
Zebra gagal menjadi tunggangan bukan karena fisiknya lemah, tapi karena sifatnya terlalu liar dan tidak sesuai kriteria domestikasi. Kuda, sebaliknya, memiliki kombinasi sifat sosial, ketenangan, dan kemampuan beradaptasi yang membuatnya cocok menjadi partner manusia selama ribuan tahun.
Jadi, meskipun Zebra terlihat gagah dan eksotis, mereka akan tetap menjadi “atlet pelarian” di padang Afrika dan bukan “sahabat berkuda” seperti kuda.
Redaksi : 14/8/2025
***LM@***
Komentar