Jangan Kaget dan Heran Mengapa di Pagi Hari Begitu Dingin, Ada Fenomena Aphelion: Ketika Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari

News208 views

Kendari//Lumbungsuaraindonesia.com    Di tengah cuaca pagi yang terasa lebih sejuk dari biasanya, banyak masyarakat bertanya-tanya tentang penyebabnya. Salah satu fenomena astronomi yang tengah berlangsung di bulan Juli ini adalah Aphelion, yaitu kondisi ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari dalam lintasan orbitnya.

Menurut data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), fenomena Aphelion tahun ini terjadi pada tanggal 6 Juli 2025. Pada saat itu, jarak antara Bumi dan Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer, lebih jauh sekitar 5 juta kilometer dibandingkan posisi terdekatnya saat Perihelion yang terjadi pada awal Januari.

Apa Itu Aphelion?

Aphelion berasal dari bahasa Yunani: “apo” berarti jauh, dan “helios” berarti Matahari. Ini adalah bagian dari siklus tahunan orbit Bumi yang berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna. Artinya, setiap tahun Bumi mengalami dua titik ekstrim:

Perihelion (awal Januari): Bumi berada paling dekat ke Matahari (~147,1 juta km).

Aphelion (awal Juli): Bumi berada paling jauh dari Matahari (~152,1 juta km).

Mengapa Cuaca Terasa Lebih Dingin?

Meski Aphelion membuat Bumi lebih jauh dari Matahari, fenomena ini tidak secara langsung menyebabkan musim dingin atau penurunan suhu yang ekstrem.

Menurut Dr. Rina Sari, peneliti astronomi BRIN, “Musim dan suhu di permukaan Bumi lebih dipengaruhi oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi (23,5°), bukan oleh jarak ke Matahari. Karena itulah, saat Aphelion terjadi di bulan Juli, justru belahan Bumi utara mengalami musim panas, bukan musim dingin.”

Baca Juga:  Kapolsek Laonti Mediasi Pemuda Yang Terlibat Adu Jotos Saat Pesta

Sementara itu, Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa tidak memiliki empat musim seperti di belahan bumi utara dan selatan. Namun, kita tetap bisa merasakan efek penurunan intensitas radiasi Matahari secara halus, yang mungkin membuat cuaca pagi terasa lebih sejuk, terutama di dataran tinggi dan wilayah dengan kelembapan rendah.

Dampak Aphelion terhadap Kehidupan

Aphelion tidak menimbulkan dampak berbahaya, tapi memberikan beberapa efek kecil seperti:

Sedikit penurunan intensitas sinar Matahari, sekitar 6,5% dibanding saat perihelion.

Panjang siang dan malam bisa sedikit berubah, terutama di wilayah lintang tinggi.

Peluang untuk pengamatan langit malam lebih baik karena atmosfer lebih stabil di musim kemarau.

Fenomena ini juga sering dijadikan momen edukatif di berbagai observatorium dan komunitas astronomi, karena menunjukkan dinamika luar biasa dari sistem tata surya kita.

🔭 Edukasi dan Kesadaran Astronomi

Di era modern ini, memahami fenomena alam seperti Aphelion penting untuk meningkatkan kesadaran ilmiah masyarakat. Banyak lembaga pendidikan dan komunitas astronomi mengadakan seminar daring, pengamatan langit, hingga diskusi publik untuk menjelaskan fenomena ini.

Baca Juga:  Dit Reskrimum Polda Sultra Launching SOP Sistem Elektronik Manajemen Penyidikan Tindak Pidana

Mengetahui bahwa Bumi tidak selalu berada pada jarak yang sama dari Matahari bisa membuka wawasan baru tentang bagaimana alam semesta bekerja secara harmonis, ujar Andi Wibowo, edukator dari Planetarium Jakarta.

Aphelion adalah fenomena tahunan yang wajar dan aman. Meski tidak berdampak langsung terhadap kehidupan sehari-hari, momen ini bisa menjadi pintu gerbang untuk mengenalkan masyarakat pada dunia astronomi dan dinamika tata surya.

Jadi, saat Anda menikmati pagi yang lebih sejuk, ingatlah bahwa Bumi sedang ‘berkunjung’ ke titik terjauhnya dari Matahari — suatu perjalanan kosmik yang sunyi, tapi penuh makna.

Bumi tidak mengelilingi Matahari dalam bentuk lingkaran sempurna, melainkan elips. Akibatnya, dalam satu tahun Bumi mengalami dua titik penting:

📍 Perihelion – Titik terdekat ke Matahari (sekitar 147,1 juta km)
📍 Aphelion – Titik terjauh dari Matahari (sekitar 152,1 juta km)

📊 Infografis: Orbit Elips Bumi

Matahari

|
|          Titik Aphelion (152,1 juta km)
|                🌍
|
|                            Orbit Bumi
|
|         🌍
| Titik Perihelion (147,1 juta km)

❄️ Mengapa Cuaca Terasa Lebih Dingin?

Walaupun jarak Bumi ke Matahari bertambah saat Aphelion, tidak terjadi perubahan ekstrem terhadap suhu atau musim. Mengapa?

Baca Juga:  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sultra Gelar RDP bersama Koalisi Masyarakat Menggugat dan Badan POM Kota Kendari.

➡️ Karena musim ditentukan oleh kemiringan sumbu Bumi, bukan oleh jarak ke Matahari.
➡️ Di bulan Juli, belahan Bumi utara justru mengalami musim panas, walau Bumi sedang berada di titik terjauh dari Matahari.
➡️ Di Indonesia, cuaca sejuk pada pagi hari lebih disebabkan oleh musim kemarau dan penurunan kelembapan udara, bukan oleh Aphelion secara langsung.

Efek Aphelion terhadap suhu sangat kecil, hanya sekitar 6% penurunan intensitas sinar Matahari,” jelas Dr. Rina Sari, peneliti astronomi BRIN.

🔭 Apa Dampaknya bagi Kita?

Meskipun tidak berdampak besar, Aphelion tetap menarik karena memberikan pemahaman tentang dinamika Bumi dalam tata surya:

✅ Cuaca pagi bisa terasa lebih sejuk, terutama di dataran tinggi.
✅ Sedikit penurunan cahaya Matahari (±6%).
✅ Kondisi atmosfer lebih stabil, cocok untuk pengamatan langit.
✅ Menjadi momentum edukatif di sekolah dan komunitas astronomi.

🧠 Fakta Menarik:

📌 Orbit Bumi hampir bulat sempurna: eksentrisitasnya hanya 0,0167
📌 Jarak Matahari-Bumi saat Aphelion lebih jauh ±5 juta km dibanding Perihelion
📌 Semua planet di tata surya juga mengalami Aphelion dan Perihelion, dengan variasi jarak yang berbeda.
Redaksi, 18 Juli 2025.
**LMA**

. .

Komentar