Sultra – Lumbungsuaraindonesia.com
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Jaelani, bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, secara aktif mendorong upaya konservasi anoa di Sulawesi Tenggara.
Anoa merupakan sawa Endemik Pulau Sulawesi ini dianggap krusial bagi keseimbangan ekosistem dan memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi.
Jaelani mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan kuat mengapa anoa harus diselamatkan dari ancaman kepunahan. Pertama, anoa berperan penting sebagai spesies payung (Umbrella Species) dan spesies kunci (Keystone Species) dalam ekosistem hutan Sulawesi.
Memayungi Anoa berarti secara tidak langsung melindungi berbagai spesies tumbuhan dan hewan lain yang berbagi habitat dengannya. Sebagai hewan Herbivora, Anoa membantu penyebaran biji tanaman, vital untuk regenerasi hutan dan menjaga keanekaragaman hayati serta jadi indikator kesehatan ekosistem hutan.
Disisi lain, baik anoa dataran rendah (Bubalus Depressicornis) maupun anoa pegunungan (Bubalus Quarlesi) kini berstatus Genting (Endangered/EN) dalam daftar merah IUCN, dengan perkiraan populasi kurang dari 5 ribu individu di alam liar.
Ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup anoa adalah perburuan liar. Anoa sering diburu untuk diambil daging, kulit, dan tanduknya. Selain itu, kerusakan dan fragmentasi habitat akibat pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, pemukiman, serta pembalakan liar, turut memperparah kondisi. Konflik dengan manusia juga sering terjadi karena semakin sempitnya habitat anoa.
Lanjut Jaelani, hewan memiliki nilai ekologis dan ilmiah yang unik sebagai satwa endemik Indonesia. Dia merupakan sebagai spesies kerbau kerdil sehingga menjadi objek studi yang sangat urgen.
Bukan hanya itu, hewan ini memiliki nilai budaya dan kebanggaan Nasional, terhusus bagi Provinsi Sulawesi Tenggara yang dikenal sebagai “Bumi Anoa” dengan menggunakan kepala Anoa sebagai lambang daerah.
Melindungi anoa bukan hanya tentang menjaga satu spesies, tetapi juga tentang melindungi seluruh ekosistem hutan Sulawesi, menjaga keseimbangan alam, dan melestarikan warisan alam Indonesia untuk generasi mendatang, beber pak Jaelani.
Untuk mewujudkan perlindungan anoa, BEM Fakultas Kehutanan UHO Kendari dan Jaelani mendorong berbagai upaya konservasi yakni :
Perlindungan Habitat (In-situ Conservation):
Melalui penetapan kawasan konservasi, patroli anti-perburuan, pengelolaan habitat, pencegahan kebakaran hutan, dan pengendalian fragmentasi habitat.
Penegakan Hukum: Pemberantasan perburuan dan perdagangan ilegal, pengawasan pasar gelap, serta kerja sama antar lembaga penegak hukum.
Penangkaran (Ex-situ Conservation): Mendirikan pusat penangkaran, menjalankan program pembiakan, dan upaya reintroduksi ke habitat alami yang aman.
Penelitian dan Pemantauan: Melakukan survei populasi, studi genetik, ekologi, perilaku, dan penelitian ancaman.
Edukasi dan Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Kampanye edukasi, penyuluhan komunitas, pelibatan masyarakat lokal, dan integrasi materi konservasi dalam kurikulum pendidikan.
Penguatan Kapasitas dan Kolaborasi: Peningkatan keterampilan petugas lapangan, kerja sama lintas sektor antara pemerintah, LSM, lembaga penelitian, akademisi, masyarakat, dan sektor swasta, serta pengembangan kebijakan yang mendukung konservasi.
Peran Vital Sektor Swasta
Partisipasi sektor swasta dianggap vital dalam upaya konservasi anoa, mengingat keterbatasan anggaran pemerintah. Perusahaan swasta dapat berkontribusi melalui:
Pendanaan dan Donasi: Memberikan dukungan finansial langsung, mendirikan dana abadi, atau mensponsori program konservasi spesifik. Contohnya, PT Cargill Indonesia Amurang yang telah berkontribusi dalam pembangunan klinik di Anoa Breeding Center (ABC) Manado.
Kolaborasi dan Kemitraan Strategis: Menjalin kerja sama dengan pemerintah dan LSM, menyediakan dukungan logistik dan infrastruktur, serta menawarkan keahlian teknis. Contohnya, kerja sama antara BKSDA Sulawesi Tenggara dan PT Sulawesi Cahaya Mineral terkait anoa di area tambang.
Implementasi Kebijakan Berkelanjutan: Memastikan AMDAL yang ketat, menerapkan praktik bisnis berkelanjutan seperti zero-deforestation, dan mencegah konflik manusia-anoa.
Peningkatan Kesadaran dan Edukasi: Menggunakan platform komunikasi perusahaan untuk kampanye publik, edukasi internal karyawan, dan pengembangan ekowisata berbasis konservasi.
Pemberdayaan Masyarakat Lokal: Mendukung pengembangan mata pencarian alternatif dan melibatkan masyarakat dalam program konservasi.
Kerjasama semua stakeholder yang melibatkan pemerintah, LSM, dan sektor swasta adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan upaya konservasi Anoa di masa mendatang, demi menjaga kelestarian satwa Endemik kebanggaan Sulawesi ini agar tetap lestari demi masa depan generasi muda masyarakat Sultra pada hususnya dan bagi bangsa Indonesia secara umum.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Komentar