UHO dan BGN Bedah Peran Kampus dalam Menjamin Keberlanjutan Program Gizi Nasional

News20 views

Kendari/Lumbungsuaraindonesia.com Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar audiensi dan kuliah umum bersama Badan Gizi Nasional (BGN) untuk membahas peran strategis perguruan tinggi dalam menjamin keberlanjutan layanan gizi nasional, Jumat (29/11/2025).

Kegiatan tersebut menghadirkan Direktur Tata Kelola Pemenuhan Gizi BGN, Prof. Dr. Ir. Sitti Aida Adha Taridala, M.Si, yang memaparkan secara langsung kontribusi kampus dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dalam paparannya, Prof. Sitti Aida menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki sedikitnya lima peran kunci yang tidak dapat digantikan oleh institusi lain.

Kontribusi pertama adalah riset dan inovasi. Perguruan tinggi didorong menghasilkan penelitian berbasis kebutuhan masyarakat, mulai dari pengembangan pangan lokal, keamanan pangan, hingga inovasi menu sesuai karakteristik budaya setempat.

Baca Juga:  Bersama Muda Mudi Masyarakat Bhangkali, Mahasiswa KKN UHO 2025 tampilkanPanggung Ekspresi Anak Barakati Warga setempat

Potensi lokal masih banyak yang belum tergarap. Kampus memiliki modal kuat untuk mengembangkannya, ujar Prof. Sitti Aida.

Kontribusi kedua berkaitan dengan penguatan sumber daya manusia. Program MBG membutuhkan tenaga profesional lintas bidang, mulai dari ahli gizi, akuntan, hingga manajer operasional dapur layanan gizi. Perguruan tinggi menjadi ruang strategis untuk mencetak tenaga terampil tersebut.

Mahasiswa juga didorong terlibat aktif melalui program magang dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) agar memperoleh pengalaman langsung di lapangan.

Ketiga, perguruan tinggi diharapkan hadir sebagai pusat pendampingan dan pelatihan. Dosen dan tenaga ahli dapat terjun langsung ke masyarakat untuk mendampingi pengelola dapur gizi, yayasan, dan kader kesehatan agar layanan berjalan sesuai standar dan berbasis bukti ilmiah.

Baca Juga:  31 Mahasiswa terpilih Jadi Paskibraka, Mahasiswa UHO Kendari Siap Tampil Memukau Pada HUT RI Ke - 80

Kontribusi keempat adalah monitoring dan evaluasi. Menurut Prof. Sitti Aida, aspek ini kerap menjadi tantangan dalam program skala nasional. Kampus memiliki kapasitas menilai kualitas asupan gizi, kebersihan layanan, hingga efektivitas distribusi, sekaligus menyediakan data analitis bagi pemerintah.

Kontribusi terakhir adalah pembangunan ekosistem inovasi. Perguruan tinggi dinilai dapat menjadi penghubung antara hasil riset dengan UMKM pangan, koperasi, hingga startup, guna memperkuat rantai produksi dan distribusi pangan.

Baca Juga:  Ustadz Abdul Somad: Toleransi dan Amanah Jadi Pondasi Kebersamaan Polri dan Masyarakat

Model kolaborasi triple helix pemerintah, perguruan tinggi, dan industri  ditekankan BGN sebagai fondasi penguatan ekosistem gizi nasional.

Di akhir pemaparannya, Prof. Sitti Aida berharap UHO tidak hanya berperan sebagai mitra program, tetapi juga menjadi motor penggerak di tingkat daerah.

Kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan masyarakat adalah kunci agar generasi Indonesia tumbuh sehat dan produktif, ungkapnya.

Melalui audiensi ini, UHO dan BGN menegaskan bahwa pembangunan gizi nasional tidak semata berkutat pada penyediaan layanan, tetapi juga menuntut kerja intelektual yang berkelanjutan melalui riset, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor.

. . . . . . . . . . . . . . . .

Komentar