FH UHO Kendari Gelar Diskusi tentang Rancangan Undang-Undang Kelautan dan Implementasi Penguatan Penegakkan Hukum di Laut.

News749 views

Kendari,lumbungsuaraindonesia.com
Fakultas Hukum (FH) Universitas Halu Oleo (UHO) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Rancangan Undang- Undang (RUU) Kelautan “Penguatan Penegakan Hukum di Laut”. Turut dihadiri beberapa unsur Perguruan Tinggi Se Sulawesi Tenggara (Sultra), diantaranya UHO, Universitas Muhammadiyah (UM) Kendari.

Selanjutnya, Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra). Universitas Karya Persada Muna, pada Rabu (26/6/2024). Dimana para akademisi memberikan tanggapan, analisis, kritik dan saran terkait Pengaturan dalam rancangan perubahan UU Kelautan. Pemantik dalam FGD ini adalah Dr. Herman, SH, LL.M., Dr. Ahmad Rustan, SH, MH., dan Dr. Sahrina Safiuddin, SH, LL.M dengan moderator Dr. Heryanti, SH, MH.

Ketua Pelaksana Kegiatan FGD, Dr. Ali Rizky, S.H., M.H., mengatakan bahwa Keberadaan Indonesia sebagai negara maritim menempatkan Indonesia tidak hanya memiliki sumber daya alam laut dan pesisir yang melimpah. Sambungnya, namun juga hendaknya senantiasa memiliki penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan pelindungan lingkungan laut yang efektif, efisien serta responsif terutama terkait penegakan kedaulatan Negara atas laut.

Baca Juga:  Manton Minta KPK RI Menindaklanjuti Laporan DPD GSPI Sultra Perihal Gedung Asrama Haji dan Jalan Lingkar Kota Kendari Sultra , Lumbung Suara Indonesia.com Revitalisasi pembangunan Gedung Asrama Haji Kota Kendari yang diduga Mangkrak kini terus menjadi perbincangan hangat oleh masyarakat luas maupun para aktivis Sulawesi Tenggara. Salah satunya yang disuarakan oleh Jaringan Nasional Mahasiswa Merdeka (JARNAS MM) pada Rabu, 05/04/2023, didepan Gedung Merah Putih KPK RI. Menanggapi hal tersebut, DPD GSPI Sultra, melalui Manton selaku Ketua Bidang Humas itu kembali mengingatkan pihak KPK RI agar segera menindaklanjuti laporan DPD GSPI Sultra yang di masukan ke KPK RI pada tanggal 20/03/2023 lalu, dengan Nomor 304.47/LP/DPD GSPI-SULTRA/III/2023, Terkait Gedung Asrama Haji yang Diduga Mangkrak dan paket pekerjaan lainnya. Rabu, 05/04/2023. Selain itu kata Manton, Pihaknya juga meminta kepada KPK RI agar memproses Laporan DPD GSPI Sultra, dengan Nomor 304.47/LP/DPD GSPI-SULTRA/III/2023, perihal "Pembangunan Jalan Lingkar Kota Kendari dengan Anggaran kurang lebih Rp. 69 Miliar. Meski demikian, Pihak Direktorat Pelayanan Laporan dan Pengaduan Masyarakat telah menanggapi laporan DPD GSPI Sultra melalui via WhatsAppnya yang bertuliskan, sebagai berikut : Yth. Pelapor Berdasarkan pengecekan kami, laporan Saudara sedang dalam proses verifikasi oleh petugas kami. Apabila telah selesai akan diberikan tanggapan melalui surat atau telepon kepada alamat/nomor kontak terlampir. Salam, Direktorat Pelayanan Laporan dan Pengaduan Masyarakat KPK Demikian bunyi WhatsApp tersebut pada tanggal 27/03/2023 lalu. "Kami berharap, agar KPK RI segera memanggil dan memeriksa Kepala BPJN Sultra, Satker, PPK dan Pihak Kontraktor serta oknum - oknum yang diduga terlibat didalamnya, ini khusus laporan kami soal Pembangunan Jalan Lingkar Kota Kendari dengan anggaran sebesar Rp. 69 Miliar kurang lebih. Dan juga terkait Gedung Asrama Haji agar segera dilakukan pemanggilan dan pemeriksaan lebih lanjut," Harap Manton.

Sebutnya, terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur terkait keamanan laut, kemaritiman dan penegakan Hukum berserta lembaga-lembaga terkait hal itu. Namun sejumlah regulasi itu menyebabkan terjadinya tumpang tindih kewenangan antara instansi/lembaga itu sendiri.

“Indonesia belum memiliki lembaga Coast Guard atau Coast Maritim. Akibatnya jika terjadi pelanggaran hukum di laut, seringkali penanganannya tidak tuntas. Selaras dengan itu UU Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan dianggap belum sepenuhnya memberikan kepastian hukum terhadap operasi keamanan laut dan upaya penegakan hukum di laut sebagai kebutuhan hukum saat ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, RUU perubahan atas UU Kelautan memasukkan beberapa pengaturan baru terkait keamanan laut dan penegakan hukum (Pasal 11a sampai 11c) serta penguatan kedudukan Bakamla sebagai Indonesian Sea and Coast Guard untuk melakukan operasi penjagaan keamanan laut dan penegakan hukum laut dengan bertanggungjawab langsung kepada Presiden (Pasal 12a).

Baca Juga:  Kadin Sultra Berbagi Kurban Kepada Warga Kota Kendari, 200 Kupon Kurban.

Bakamla juga dalam RUU ini diberi kewenangan penyidikan dan kewenangan sebagai intelijen agar penegakan hukum lebih efektif dan efisien. Adanya pengaturan baru tersebut tentu sangat terkait dengan kepastian hukum tata kelola keamanan dan penegakan hukum laut, sehingga perlu untuk menjaring aspirasi dan pendapat dari para akademisi atas RUU perubahan UU kelautan ini terkait penguatan penegakan hukum laut.

“Utamanya kejelasan peran dan fungsi dari lembaga-lembaga yang menjadi bagian dari Bakamla terkait keamanan dan penegakan hukum, sehingga Bakamla dapat menjadi lembaga yang Single Agency Multi Task dalam
penegakan hukum di laut,” ucapnya.

Ketua Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Universitas Halu Oleo ini menjelaskan bahwa, hasil FGD menunjukkan bahwa RUU perubahan UU Kelautan masih menyisahkan sejumlah masalah terkait ketidakjelasan tugas kewenangan masing-masing lembaga yang tergabung dalam Bakamla, karena sejumlah lembaga itu telah memiliki regulasi tersendiri tentang tugas kewenangannya.

Sejumlah perubahan pada RUU itu tidak memberikan kepastian hukum pengaturan kewenangan tentang pertahanan keamanan, penegakan hukum, dan keamanan pelayaran utamanya peran TNI dan POLRI. Beberapa usulan yang disampaikan :

Baca Juga:  Dipusatkan di Wakatobi, Kapolda Sultra Resmikan Rumah Dinas dan Gedung Negara

1. Sistem yang ada sekarang diarahkan ke “Single Agency Multy Task” dengan menempatkan Kepolisian sebagai leading sector.

2. Sistem tidak mengarah pada “Single Agency Multy Task atau pun ke “Multy Agency- Single Task” namun dilakukan pembentukan peraturan baru setingkat UU masing- masing tentang Pertahanan Keamanan, Penegakan Hukum, dan Keselamatan Pelayaran.

3. Penerapan Sistem “Single Agency Multy Task” yang di back up oleh UU yang sifatnya integrative terkait kewenangan masing-masing lembaga dengan Kepolisian sebagai leading sector.

“Diharapkan dengan upaya pembentukan RUU Kelautan yang baru dapat memenuhi tujuan hukum yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum lebih jauh lagi mampu membawa Indonesia menjadi Negara maritime yang kuat dan membawa kesejahteraan,” Jelas Alumni Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga itu.

**LM@**

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Komentar